Identifikasi Bahaya Industri Garmen
Terjadinya bahaya dalam sebuah perusahaan tentu di ada bagian yang bertanggungjawab didalmnya. Olehnya itu sebelum itu bagian yang menangani masalah ini sudah mengidentifikasinya. di sini akan dibahas masalah industri Garmen atau industri yang bergerak dibidang tekstil. Karakteristik pekerjaan di industri garmen biasanya yaitu proses material handling (angkat-angkut), posisi kerja duduk dan berdiri, memerlukan ketelitian cukup tinggi, tingkat pengulangan kerja tinggi pada satu jenis otot.
Berinteraksi dengan benda tajam seperti jarum, gunting dan pisau potong, terjadi paparan panas dibagian pengepresan dan penyetrikaan dan banyaknya debu-debu serat dan aroma khas kain, terpaan kebisingan, getaran, panas dari mesin jahit dan lainnya, terpeleset atau kejatuhan benda berat. Karenanya design tempat kerja di industri garmen akan sangat berpengaruh untuk kinerja karyawan.
Penempatan mesin yang terlalu rapat sehingga menyebabkan peningkatkan suhu ditempat kerja. Para pekerja dibagian penjahitan mengalami alergi kulit dan gangguan pernapasan akibat menjahit beberapa jenis kain yang memiliki banyak debu kain (floating fiber). Sumber bahaya lain yaitu masalah ergonomi seperti lamanya waktu kerja (duduk dan berdiri) pengulangan gerakan kerja dan lainnya. Cvetko Z. Trajković, dkk, juga menunjukkan sumber-sumber bahaya potensial yang ada di industri garmen terdapat pada ruang pemotongan, penjahitan dan finishing.
Kondisi industri garmen di berbagai tempat juga tidak jauh berbeda seperti di mana ada beberapa masalah lingkungan kerja meliputi faktor mekanis, fisik, kimia, biologi dan ergonomi salah satunya yaitu penataan tumpukan kain yang kurang baik di gudang penyimpanan sehingga gulungan kain mudah jatuh potensi sakit punggung karena mengangkat dan material handling yang tidak benar, banyaknya debu kain di area pemotongan kain, dan bahaya luka yang serius selama penggunaan mesin potong elektrik tanpa pengaman rantai yang baik.
Selain itu, tidak adanya pengamanan mesin dan debu kain di area produksi dan finishing dan bahaya zat kimia dan lantai licin pada area pencucian. Didapatkan pencahayaan yang kurang baik dibagian produksi dan finishing dan masalah ergonomi pada posisi kerja duduk dan berdiri. Temperatur yang tinggi di bagian penyetrikaan dan pencucian dan masalah kelistrikan dan kebakaran di seluruh bagian. Disarankan para pekerja untuk selalu menggunakan alat pelindung seperti masker dan sepatu safety.
Sedangkan berdasarkan studi literatur yang dilakukan oleh S Calvin dan B Joseph, mengatakan kalau beberapa potensi bahaya di industri garmen meliputi kecelakaan pada jari tangan (tertusuk jarum), terbakar dan lainnya. Bahaya fisik seperti paparan kebisingan, panas dan pencahayaan dan lainnya. Sangat sedikit laporan mengenai kecelakaan kerja di industri garmen dari berbagai belahan dunia karena kurangnya kesadaran untuk mencatat dan melaporkan terjadinya kecelakaan.
Masalah ergonomi kerja di industri garmen terutama sangat berkaitan dengan posisi postur tubuh dan pergelangan tangan yang tidak baik dan harus melakukan pekerjaan yang berulang-ulang pada hanya satu jenis otot sehingga sangat berpotensi menyebabkan cumulative trauma disorder (CTD)/Repetitive Strain Injuries (RSI). Operasi kerja dibagian penjahitan yaitu dari tangan-mesin-tangan dan sub operasi mesin berdasarkan cara kerja dan bagian yang dijahit menurut struktur produk garmennya.
Pekerjaan dibagian jahit memerlukan koordinasi gerakan postur tubuh dan pergelangan tangan yang baik dan konsentrasi tinggi. Di mana perubahan gerakan ini berlangsung sangat cepat tergantung bagian yang dijahit dan tingginya frekwensi pengulangan gerakan untuk kurun waktu yang lama akan mendorong timbulnya masalah intrabdominal, mengalami tekanan inersia, tekanan pada pinggang dan tulang punggung dan tengkuk.
Setiap pekerjaan mengandung resiko kesehatan dan keselamatan. Demikian pula sistem kerja di industri garmen potensi penyakit dan kecelakaan kerja juga sangat tinggi. diantara penyakit kerja yang terkait dengan kondisi lingkungan kerja yang tidak baik diantaranya yaitu 70% operator jahit mengalami sakit punggung, 35% Melaporkan mengalami low back pain secara persisten, 25% menderita akibat Cumulative Trauma Disorder (CTD), 81% mengalami CTD pada pergelangan tangan, 14% mengalami CTDs pada siku 5% of CTDs pada bahu, dan 49% pekerja mengalami nyeri leher. Oleh karenanya, diperlukan upaya kedokteran okupasi melalui program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di industri garmen agar angka penyakit akibat kerja dapat diminimalisir.
Leave a Reply